Hidup itu singkat, banyak orang mengatakan itu. Tetapi aku tak pernah percaya, kenapa hidup harus dikatakan singkat sedangkan hidup kita sendiri panjang. Aku adalah anak laki-laki yang bahagia, dan aku adalah satu-satunya anak laki-laki dikeluargaku. Kelahiranku adalah kebahagiaan yang tak terkira untuk orang tua ku, dan begitu juga untuk keluargaku. Orang tuaku menamaiku Freddy Jones, nama yang cukup gagah untukku. Aku tinggal dan besar di Moon Hills, tempat tinggalku cukup menyenangkan. Hampir semua orang di Moon Hills mengenalku, aku pun mengenal mereka. Tetapi ternyata dugaanku salah, tak semua ku kenal. Setidak nya satu orang.
Saat itu umurku baru 6 tahun ketika ibuku mendandaniku, ia memakaikan pakaian yang terbaik yang ada dilemariku. “kita mau kemana bu?” tanyaku saat ibuku memakaikan sepatu di kakiku. “ kita akan menghadiri pesta ulang tahun nak, kau harus bersiap-siap.” Aku hanya memandang kosong ke arah ibu ku, setahuku tak ada yang ulang tahun hari ini. tetapi ibu ku menarik tanganku terlebih dahulu sebelum aku menemukan jawabannya. Aku dan ibuku berjalan melewati blok rumah kami, aku tak bisa melawan. Aku bagaikan narapidana yang akan menghadapi hukuman, tak tahu akan dibawa kemana, peraturannya adalah aku harus tetap ikut. Setelah melewati beberapa blok akhirnya aku dan ibuku berada di halaman sebuah rumah, rumah yang cukup bagus. Banyak sekali hiasan disana sini, dan ramai sekali seperti nya didalam sana. Ini benar-benar pesta ulang tahun.
Ibuku mengetuk pintu, dan pintu terbuka. Muncul seorang wanita yang cukup cantik, ia mengenakan gaun krem. Ibu ku menyapanya dan mereka saling berpelukan, mereka terlihat sangat akrab. Wanita itu juga menyapaku, ia memuji baju yang ku pakai dan bagaimana tampannya aku memakainya. Kami pun masuk ke dalam, ternyata pesta belum dimulai tetapi tamu sudah sangai ramai. Aku mengenal beberapa dari anak yang hadir, jadi tak sulit buatku untuk bergabung dengan mereka. Ternyata hari itu yang berulang tahun adalah seorang anak perempuan seumuranku, namanya Bridget Finn. Aku tak tahu siapa dia, tetapi setidaknya itu yang tertulis dikue tart besar yang ada di tengah ruangan. Saat itu aku pun baru menyadari ternyata aku tak sempat menyelesaikan makan siang ku tadi, ibu lebih dulu menarikku untuk bersiap-siap. Perutku sudah mulai terasa lapar, dan kue tart itu sepertinya enak. Aku tak dapat menahan rasa lapar ku, ku lihat sekeliling tak ada yang memperhatikan. Satu saja gigitan di kue ini tak masalah, pikirku. Ku angkat tanganku dan ku raih kue itu, kemudian ku masukan kedalam mulut. Ternyata kue itu memang enak sekali. Baru saja ingin ku telan, tiba-tiba seseorang berteriak. “ibuuuu, dia memakan kue ku.” “bahkan aku belum memotongnya.” Ketika aku menoleh ternyata dibelakangku ada seorang anak perempuan, dia menangis dan menunjuk ke arahku. Aku bingung, seketika wanita yang tadi ku lihat saat datang berusaha menenangkan anak itu. Ibu ku pun datang, ia mengatakan betapa jahatnya perbuatanku. Aku pun menyesal, tetapi aku tak tahu harus bersikap seperti apa. Ibu ku menyuruhku untuk meminta maaf, karena takut dimarahi, aku pun mengulurkan tangan menandakan meminta maaf. Anak perempuan itu pun ikut mnegulurkan tangannya, saat itu lah aku melihatnya dengan jelas. Ternyata dia anak perempuan yang manis, rambut hitam nya yg panjang tergerai. Ia mengenakan gaun berenda dan bermotif bunga-bunga, aku pikir dia adalah anak yang manis. “lihat kan Bridget, dia tak sungguh-sungguh melakukannya. Mungkin dia tidak sengaja.” Saat itu lah aku mengetahui bahwa dialah Bridget Finn, anak perempuan yang berulang tahun saat itu.
Sepanjang pesta itu aku bermain dengannya, ternyata benar dia anak yang manis. Dia sangat ceria, dan baik. Kami melakukan permainan-permainan kenyol bersama, dan saat aku melihatnya tertawa aku seperti sangat bahagia, senyumnya benar-benar membuatku tak bisa melupakannya. Hidup memang tidak sesingkat seperti yang orang katakan, itulah yang aku lihat disenyum Bridget. Kami berfoto bersama saat itu….
Setelah saat itu sepertinya Bridget tak mengingat, aku tak menyalahkannya. Dengan apa yang dia alami, pasti tak ada waktu untuk mengingat seorang bocah lelaki nakal sepertiku. tetapi aku tetap mengawasi dan menjagamu Bridget.
Akhrinya setelah beberapa tahun aku dapat bertemu denganmu lagi, berkat kecerobohanku. Sepertinya kecerobohanku adalah satu-satunya hal yang mempertemukan kita, aku sangat berterimakasih akan kecerobohanku. Kita bisa berkenalan lagi, walaupun kau sama sekali tak mengingatku, aku tak pernah keberatan. Bahkan foto kita saat ulang tahunmu masih terpasang rapih di dinding kamarku, aku berterimakasih sekali karena kita bisa bersama. Walaupun tak lama, aku tak pernah menyangka jika malam itu adalah malam terakhir kita bisa menghirup nafas di dunia.
Saat aku melihat mu berlari dari ayahmu, aku tahu dan yakin bahwa aku akan menyelamatkan mu. Aku tak akan lari, satu-satunya hal yang terpikir olehku adalah membawamu ke tempat yang aman. Aku tak akan melepaskan tanganmu, dan tak akan ku biarkan dia menyakitimu sedikit pun. Tetapi aku tak bisa menepati janji, dia lebih kuat dari pada yang ku kira. Harusnya ku datangi pusat kebugaran lebih sering dari biasanya agar aku bisa lebih kuat dari dia, tetapi semuanya terlambat. Hati ku remuk saat melihat pisau itu menyanyat tubuhmu, menghancurkan setiap nadi dan pembuluh darahmu. Amarah ku membuncah saat melihat ayah mu dengan bengisnya melemparmu dari jembatan, dan membiarkan tubuhmu hancur menghantam air yang dingin. Tubuhku bahkan sampai bergetar, ku lawan ayahmu dengan sekuat tenaga. Ingin ku patahkan saja lehernya saat itu, tetapi tenaga nya lebih kuat dariku. Dengan tanpa ragu-ragu ia menjambak rambutku dan menyeretku ke tengah hutan, aku berontak. Ku gigit tangannya, tetapi dia membalas dengan menggoreskan pisaunya diwajahku. Ia memukulku hingga ku tak sadarkan diri, ketika aku sadar aku sudah berada di sebuah gubuk di tengah hutan. Tangan ku diikat, aku terikat kuat di sebuah kursi. “beraninya kau mendekati anak ku tanpa seizinku.” Ayah mu memainkan pisaunya dimata ku, aku dapat melihat iblis di balik matanya. “kau tau, ku pikir kau pantas untuknya. Maka kau susul lah dia.” Seketika ia menancapkan pisaunya tepat dijantung ku, nyeri menjalar ke sekujur tubuhku. Keringat ku metes, dada ku nyeri sekali. Tubuhku gemetar hebat, baju ku jadi basah oleh darah. Ayah mu mencabut pisaunya dan menusukan ke perutku, ia mengoyak dan mencabik perut ku. Aku demam hebat, nafasku semakin pelan. ternyata seperti itu rasa nya menghadapi kematian, terlintas di pikiranku tentang keadaan mu. Dimana kau berada saat itu, tetapi aku yakin kau tak jauh. Diantara rasa nyeri itu aku dapat mendengar panggilanmu. Nafas ku sudah semakin berat, mungkin akan terhenti. Ayah mu menyaksikan kematian ku, ia berjalan maju. Ia mengatakan “ sampaikan salamku kepada Bridget.” Lalu ia menancapkan pisaunya tepat di mataku, rasa perih yang hebat menjalar dan ku rasakan tubuhku sangat ringan. Seperti melayang diudara, melayang meninggalkan gubuk itu. Pandanganku gelap…
Ketika sadar aku sudah berada ditengah hutan, aku terduduk di sebuah pohon. Keadaan hutan sangat sepi, untuk beberapa saat aku pikir aku masih hidup, tetapi semua pupus saat ku lihat sebuah sepatu menyembul dari tanah. Sepatu itu adalah sepatuku, ternyata ayahmu menguburkan jasadku tepat di tengah hutan. Air mata mengalir dari mataku, aku tak tahu harus kemana, ku kelilingi hutan entah untuk apa. Aku tak tahu sudah berapa lama ku kelilingi hutan ini, mungkin satu hari, satu tahun, atau satu abad. Aku tak pernah lelah, aku tak pernah takut.
Hingga suatu hari, samar-samar aku mendengar suara mu bridget. Aku mendengar suaramu memanggil namaku, tanpa ragu ku ikuti suara samar-samar itu. Aku tak tahu kemana aku berjalan, yang aku tahu ini akan menuntunku kepadamu. Akhirnya aku sampai, aku sampai kejembatan itu. Dan aku melihatmu disana, kau duduk di bibir jembatan sambil bersenandung. Ditengah malam yang sunyi dan dingin kau bersenandung, beberapa kali kau selingi dengan memanggil nama ku. Tetapi hati ku kembali remuk saat melihat luka menganga di punggungmu akibat cabikan pisau ayahmu, dan wajahmu yang manis itu terlukai. Seketika itu aku murka, aku sudah berjanji untuk tak membiarkan siapaun menyakiti mu. Aku ingin sekali menemui mu saat itu, tetapi aku sadar ada satu hal yang harus ku lakukan terlebih dahulu. Malam itu ku tinggalkan kau di jembatan itu, tetapi aku akan kembali lagi. Aku janji, tetap lah disana Bridget..
Malam-malam ku habiskan untuk mengetuk rumah satu persatu, aku harus mencari keberadaan ayahmu. Tak akan ku biarkan dia hidup, nadi-nadinya harus putus di tanganku. Entah berapa lama aku mencari, hingga akhirnya aku menemukannya disebuah apartemen di tengah kota. Ingin rasanya ku habisi dia malam itu, tetapi aku tak bisa. Aku hanya jiwa-jiwa kosong sekarang. Bahkan aku tak dapat menyentuhnya. Aku sangat kesal, aku harus membunuhnya. Harus! Hingga ku temui tuan Bill, ia sudah mendiami apartemen itu selama puluhan tahun. Dulu dia penghuni apartemen itu, tetapi suatu hari seorang anggota geng membunuhnya karena hutang. Ia sama sepertiku, ingin menuntut balas. Dan dia sudah menutut balas dendam, orang-orang yang membunuhnya sudah ia bunuh. Ia mengajariku bagaimana caranya, menurutnya aku harus mencari seseorang yang berjiwa lemah dan masuki tubuhnya.
Tak butuh waktu lama untukku menemukan orang seperti itu, kau tahu Bridget. Kita dapat menemukan ribuan orang-orang yang mau menjual jiwanya demi uang dijalanan, jadi ku gunakan salah satu dari mereka. Ku masuki tubuh orang itu, dan perlahan-lahan ku masuki apartemen ayahmu. Ku selipkan sebuah pisau tajam di tanganku, ketika ayahmu membukakan pintunya ku hantam dia sekeras-kerasnya hingga ia jatuh. Saat ia terjatuh, ku tindih tubuhnya. Dengan perlahan ku sayat lehernya dengan pisau yang ku bawa, darahnya membuncah di wajahku, aku sangat senang sekali. Akhirnya dapat ku sayat nadi-nadi dileher ayahmu, hingga akhirnya leher ayah mu terlepas dari tubuhnya. Aku tak pernah sebahagia itu, ku tinggalkan tubuh orang itu saat ayahmu sudah mati.
Kini tugas ku sudah selesai, hal yang aku lakukan adalah mengikuti panggilanmu. Ku lalui lagi hutan gelap itu, hingga akhirnya aku sampai di Moon Hills. Aku harus berpamitan kepada kedua orang tuaku, mereka harus tau dimana jasad ku berada. Aku tahu perasaan mereka, mereka pasti sedih sekali kehilangan ku bertahun-tahun. Setidaknya aku harus memberikan mereka sedikit tanda agar mereka tahu jasadku. Ku tatap wajah ayah dan ibu ku untuk terakhir kali, karena aku tahu setelah ini aku tak akan bertemu dengan mereka lagi. Ini memang berat, tetapi aku tak pernah bisa melawan takdir. Aku pun tak menyesal, aku tahu di luar sana kau menunggu ku Bridget. Kita akan kembali bersama…
Di perjalanan ku meninggalkan Moon Hills aku bertemu ayahmu, ia benar-benar minta maaf atas perbuatannya. Ia juga menyampaikan permintaan maaf nya untuk mu, saat itu ia akan kembali ke rumah mu di Moon Hills. Dimana ibu mu berada, kau tahu ibu mu masih ada di rumah mu. Ia sangat kesepian, ia hanya menatapku kosong saat bertemu dengannya. Wajahnya sangat sedih, ia tak mengucapkan apa-apa, tetapi dari raut wajahnya aku tahu dia mencintaimu, walaupun ia harus berpisah dengan mu. Aku pun berjanji dengannya untuk menjaga mu, aku tak akan ingkar kali ini.
Ibu mu adalah wanita baik, aku tahu saat pertama kali aku melihatnya. Ayahmu mengatakan bahwa ia akan menemui ibu mu, ada penyesalan besar di matanya. Aku yakin terlepas dari seberapa buruk kesalahan yang di perbuat ayahmu, dia masih mencintai ibu mu dan kau Bridget. Jadi maafkan lah dia, biarkan dia menebus kesalahannya dengan menemani ibu mu di Moon Hills.
Tak terasa aku sudah sampai di jembatan, jembatan dimana kita sempat terpisahkan. Kau masih duduk di sana, bersenandung dengan suara mu yang fals itu. Aku kembali Bridget, dan kali ini tak akan pergi….
“apakah kau menunggu seseorang?” seketika Bridget menoleh, air matanya jatuh. “akhirnya kau kembali Freddy Jones.” Suara Bridget parau dan bahkan hampir hilang. “yeah, aku pikir aku belum selesai dengan mu. Mungkin saja kau belum memaafkanku karena meninggalkan mu.” Mata Freddy Jones berkaca-kaca, seketika itu Bridget berlari dan memeluk Freddy Jones. Pelukan yang lebih erat dari biasanya, “jangan pernah meninggalkan ku lagi.” Bridget berbisik. “tak akan.”
Mereka berdua duduk bersama di tepi jembatan, bersenandung bersama. Memecahkan keheningan malam, kini malam tak lagi dingin untuk mereka. Mungkin memang benar kata orang, hidup itu singkat. Mungkin kenyataannya begitu, tetapi bagi Freddy Jones dan Bridget Finn tak masalah jika hidup mereka singkat. Karena mereka menghabiskan nya dengan orang yang tepat. Saat kau menghabiskan hidup dengan orang yang benar-benar tepat untuk mu, maka hidup tak akan pernah singkat. Hidup akan terasa lebih panjang, seakan-akan kau bisa hidup selamanya. Hidup juga akan berakhir bahagia apa pun yang terjadi.
“apakah kisah kita akan diingat oleh orang lain?” tanya Bridget. “sepertinya tidak, orang lebih suka dengan cerita-cerita manis yang ada di buku anak-anak Bridget. Orang akan lebih suka dengan kisah yang sempurna, yang dapat memenuhi kehausan imaginasi mereka. lagi pula aku bukan lah pangeran yang menunggangi kuda, dan kau bukan seorang putri yang mempunyai segala-galanya. Kita hanya lah kenyataan yang terkadang terlupakan, kenyatan yg terlihat seperti hama di kebun bunga yang banyak disingkirkan orang. Tetapi jangan lah bersedih Bridget, setidaknya kita salah satu dari wujud kejujuran, bukan bagian dari karangan.” Bridget memandang wajah Freddy, ia mengembangkan senyumnya. “siapa perduli, aku pun tak perduli. Bagiku semua ini sudah cukup, aku dapat bertemu lagi denganmu. Dan dapat memberikan ini kepadamu.” Freddy Jones mengeluarkan sesuatu dari sakunya, ternyata itu adalah sebuah foto di mana didalam nya terdapat seorang anak laki-laki dengan mulut dipenuhi noda kue yang merangkul seorang anak perempuan. Bridget tersenyum ketika menyadari bahwa anak perempuan itu adalah dirinya, dan anak laki-laki itu adalah orang yang saat ini ada di hadapannya.
Mereka kembali bersenandung bersama, di iringi debur air sungai dan semilir angin dingin malam itu….
0 comments:
Post a Comment