Maria Peter and David Anderson

Pagi ini ku awali dengan rasa sakit di punggung ku. Ya, mungkin karena terlalu berat beban yang ku panggul di pundak ku ini. Cepat cepat ku hiraukan rasa sakit itu dan melakukan semua pekerjaan rumah.


Tepat pukul 7 aku berlari di koridor sekolah menuju kelas ku kelas dimana ku gantungkan semua harapan dan cita cita ku menjadi seorang pengusaha sukses seperti ayah. Ya… seperti ayah. Ayah ku seorang pengusaha yang sukses, ia mempunyai toko bunga yang besar. Setiap pulang sekolah aku membantu ayah menata bunga bunga yang segar nan indah. Tapi itu tinggal kenangan semata. Toko Ayah terbakar saat Ayah berada disana. Hatiku hancur melihat kejadian mengerikan itu. Tubuh Ayah yang selalu memeluk-ku kini hancur terbakar panas nya api. Kejadian itu telah merubah hidup kami. Aku harus pindah ke sekolah anak anak miskin, dan Ibu… Ibu terguncang jiwanya. Beberapa bulan kemudian ku dapati ibu telah mengiris urat nadi nya. Untuk kedua kalinya aku kehilangan orang yang berharga di hidupku. Ibu mungkin tidak memikirkan bagaimana nasib kami sebagai anak anak nya yang masih sangat kecil. Tapi aku juga tidak bisa terus bersedih. Kini aku dan adik harus menumpang di rumah bibi. Bibi sangat baik mau menampung kami berdua. Tapi aku juga harus membantu perekonomian bibi yang hanya penjual kue kecil. Aku tidak tega melihat bibi menanggung semua biaya hidup kami. Yang harus ku lakukan adalah bagaimana aku dapat menghidupi adik-ku Jhonathan Peter, satu satu nya orang yang ku miliki di dunia ini. —
Kini aku sudah berada di kelas ku. Ms. Anna memasuki kelas dengan menbawa seorang pria seumuran dengan ku. Ternyata ia murid baru di sekolah kami dan aku terkejut saat Ms. Anna mengatakan “David Anderson, kau bisa duduk di sebelah Maria Peter. Maria, kau tak keberatan kan?” dengan spontan aku menjawab “tidak Miss. Tidak sama sekali” ya, aku sangat senang memiliki teman baru, apalagi ia kini duduk di sebelah ku. Ku harap ia anak yang menyenangkan. —
Bel pulang berbunyi, dan aku bergegas menuju pintu gerbang untuk segera pergi ke pasar dan menawarkan jasa untuk membawakan belanjaan mereka. Dan ku dengar seseorang memanggil namaku. Ternyata itu David. Ku dapati ia sedang menuntun sepeda nya menuju ke arah ku. “hei kau mau kemana? Kenapa sangat terburu buru? Maukah kau ku traktir es krim di taman sana?” dengan mata nya yang biru, ia menatap ku penuh harap. Aku pun menganggukan kepalaku. —
Kini aku dan David telah berada di taman. Ia banyak bercerita tentang keluarga nya yang baru pindah di kota ini. Disana kami bercanda. Sejenak aku bisa melupakan semua kesedihan yang selama ini hadir di hidupku. Kepada David aku menceritakan semua nya. David sangat terkejut mendengar semua cerita ku, ia mengatakan aku gadis yang sangat kuat. Dan saat aku menangis, david memeluk-ku. Setelah kepergiaan Ayah, aku sangat merindukan pelukan seorang pria yang bisa melindungi-ku. Kini ku dapatkan itu semua dari David. —
Saat aku sampai di rumah Bibi, Bibi menangis dan langsung memeluk ku. Aku bertanya ada apa ini, dan bibi terus saja menangis. Aku berlari memasuki kamar dan mencari Jhonantan kecil ku. Dan ku dapati ia telah terbujur kaku sedang di doakan dan siap untuk di makam kan. Air mataku terus mengalir dengan deras ku teriakan nama nya tapi ia tetap terdiam. Bibi datang menenangkan-ku, tapi tetap saja aku terus berteriak memanggil nama Jhonathan. Saat pemakaman pun, aku tak bisa berhenti menangis. Aku telah kehilangan semua orang yang sangat ku cintai di hidupku. Ayah, Ibu, dan kini Jhonatan pun pergi. Menurut Bibi, Jhonatan sakit panas, dalam perjalanan ke Dokter ia menghembuskan nafas terakhir nya. Betapa perih kenyataan yang aku alami saat ini. Kepergian orang satu satu nya yang sangat aku sayangi yang juga titipan Ayah dan Ibu kini telah tiada—
Hari hari ku jalani berdua dengan David, bersamanya aku bisa melupakan semua kesedihan di hidup ku. David selalu memeluk ku disaat aku butuh seseorang yang mengerti perasaan ku. Ya… 2 tahun telah kita bersama. David, malaikat kecil yang dikirimkan Tuhan untuk menjadi pelindung ku selama ini. David pula lah seseorang yang menyayangi ku seperti aku sangat menyayanginya. Ia segalanya bagiku. Aku hanya ingin menghabiskan sisa hidupku yang rapuh ini bersamanya.—
Kini… mimpi buruk itu datang. Aku mendengar ada kejadian kecelakaan beruntun yang menimpa sebuah sebuah mobil yang berisi satu keluarga. Aku sangat terkejut, lalu ku datangi tempat kecelakaan itu. Dan kau tahu? Salah satu korban meninggal adalah David. Ia meninggal bersama Ayah dan Ibunya di dalam mobil yang mereka tumpangi. Hatiku sangat hancur melihat orang yang sangat aku cintai harus mengalami kejadian mengerikan ini. Saat tubuh David dikeluarkan, aku masih bisa mengenalinya. Rambut nya yang coklat keemasan, kini telah dipenuhi darah. Mata biru nya yang selalu menatapku lembut, kini tertutup untuk selamanya. Ku teriakan namanya sambil terus memeluknya. Tapi ia hanya diam… Ya… aku belum sempat membalas semua kebaikan hatinya salama ini. Dan yang membuat hatiku hancur aku belum sempat mengatakan aku sangat mencintai nya. Ia segala nya bagiku. Kini aku telah kehilangan segalanya. Untuk apa aku hidup, David yang selama ini memberikan ku semangat untuk tetap hidup, kini telah pergi untuk selamanya. —
Aku berlari menuju rumah Bibi, mengambil sebuah pisau dan ku sembunyikan di dalam baju ku. Aku terus berlari menuju sebuah danau kecil di dekat taman, dimana aku dan David menghabiskan waktu kita bersama. Ku pejamkan mataku ku pegang pisau itu erat erat, dan ku tusuk-kan tepat di jantung ku. Rasa sakit mengalir di seluruh tubuh ku, semua menjadi gelap. Dan hanya satu harapan ku, aku dapat bertemu Ayah, Ibu, Jhonathan dan David di Surga nanti.
-END-

0 comments:

Post a Comment

About Me

My photo
Jakarta, Indonesia
Utari/Ut whatever you want| 97 Virgo| AB blood type| Girl with glasses| Lady Gaga and Lana Del Rey| Spain national football team| Trying to deal with life.
 

Viewers

Web Page Counter

Date

Instagram photos